Target : Bahagia Setiap Hari

Menciptakan kebahagiaan setiap hari.
Foto: Shutterstock
Saat kita bangun di pagi hari, kita pasti berharap bisa menjalani segala rutinitas dengan perasaan bahagia. Tapi seringnya, situasi yang tidak mendukung atau kritikan dari sekitar justru membuyarkan harapan itu.Menurut Catherine Birndorf, MD., penulis buku The Nine Rooms of Happiness, sebuah penelitian mengungkapkan 50 persen faktor kebahagiaan dipengaruhi oleh konsep bahagia seperti apa yang kita miliki. Tapi tak hanya itu, masih ada 10 persen faktor kebahagiaan kita dipengaruhi oleh keadaan. Dan 40 persen sisanya, sangat tergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana kita menghadapi stres, menjalani rutinitas, serta menghargai waktu.
“Itu mengapa, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dicari tapi diciptakan,” Birndorf menyemangati. Artinya, dengan mengubah cara berpikir kita lebih positif, mendengarkan kata hati, dan menyakini segala sesuatu yang menjadi passion kita, maka dengan mudah kebahagiaan dapat dirasakan dalam setiap aspek kehidupan.
Agar kita bisa mengisi hari-hari dengan senyum lebar, cobalah ciptakan kebahagiaan dengan cara berikut ini:
1. Berikan porsi yang seimbang antara kebahagiaan diri dengan kebahagiaan orang-orang di sekitar kita.
Pernah bertanya, mengapa aturan keselamatan internasional pesawat terbang meminta kita untuk memasang masker oksigen terlebih dahulu pada diri sendiri, baru menolong orang di sekitar kita? Ini bukan menjadi egois tapi menjaga diri sendiri.
Analogi yang sama juga bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Memang benar kita akan merasa bahagia ketika bisa memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tapi pada titik tertentu, kita juga tak boleh melupakan apa yang dibutuhkan diri kita untuk menjadi bahagia.
Kebahagiaan diri menurut Birndorf akan menjadi energi baru bagi kita. Energi yang akan membuat kita bisa menularkan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar kita. “Karena bagaimana pun juga, kita harus menjadi kuat untuk membantu orang lain. Itu mengapa memperhatikan kebahagiaan diri sendiri sama dengan memberi peluang bagi kebahagiaan orang lain.” Kenali kelebihan kita sedekat kita mengenali kekurangan kita, dari sana akan tercipta keseimbangan kebahagiaan.
2. Ekspresikan kebahagiaan dengan tulus.
Saat kita masih kecil, bagaimana ekspresi kebahagiaan terlihat? Dengan tanpa malu-malu tertawa lebar dan membuat sekitar kita ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Itu mengapa, ketika kita merasa sudah begitu dekat dengan kebahagiaan, jangan ragu untuk mengekspresikan diri. Sebab itu adalah cara kita bersyukur atas kebahagiaan yang boleh dinikmati.
3. Berbicara dan dengarkanlah kata hati.
Percaya atau tidak, setiap orang pada dasarnya butuh waktu untuk sendiri. Ini adalah waktunya untuk mengisi ‘baterai’ emosi kita. Apapun yang sedang kita rasakan saat itu, bahagia, sedih, damai, atau marah, biarkan suara kecil yang ada di dalam hati menunjukkan identitasnya.
Tapi bagi kita yang sudah berkeluarga dan punya anak, memiliki waktu sendiri untuk merenung mungkin sulit dilakukan. “Sulit bukan berarti tidak mungkin!” tegas Birndorf. Cukup temukan pada saat apa kita bisa benar-benar berbicara pada diri sendiri. Pada beberapa orang, situasi yang tenang adalah situasi yang tepat. Namun pada beberapa orang lain, situasi bukanlah hal penting selama mereka bisa merasakan relaks maka pada saat itulah waktu terbaik untuk berbicara pada diri sendiri.
4. Jangan menghindari konflik.
Konflik bukanlah sesuatu yang menakutkan. Jika kita cukup berani untuk menghadapinya, konflik bisa menjadi salah satu cara paling efektif mengetahui kelebihan dan kekurangan kita dengan orang-orang terdekat. Yang perlu kita lakukan adalah menghadapi konflik itu dengan bijak.
“Hadapi dengan bicaralah pada rekan konflik kita. Temukan apa yang menjadi sumber masalah dan bagaimana menemukan titik kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.” Sebab menurut Birndorf, konflik terjadi karena ada salah satu pihak yang merasa dirugikan dan biasanya itu tidak tersampaikan dengan komunikasi yang baik. Jadi duduk bersama dan membicarakan semuanya dengan lebih jelas adalah cara orang dewasa menghadapi konflik. (Siagian Priska)