Seks Bukan Penyebab Utama Perceraian

Seks Bukan Penyebab Utama Perceraian
Senin, 28/7/2008 | 12:26 WIB
SEBAGIAN besar kasus perceraian terjadi akibat buruknya komunikasi pasangan suami istri, dan bukan semata-mata karena masalah seks. Tercatat sekitar 58 persen kasus perceraian disebabkan faktor komunikasi, sementara masalah seks menempati urutan kedua dalam kasus perceraian.

Pakar ginekologi (ahi kandungan) dr Boy Dian Nugraha di Balikpapan, Senin (28/7),  menyebutkan, kasus perceraian yang  disebabkan faktor seks hanya sekitar 29 persen saja, sementara sisanya dipicu masalah lain, seperti faktor ekonomi. Boyke sendiri tidak menyebutkan berapa jumlah kasus perceraian.

Menurut dia, mewujudkan rumah tangga yang harmonis merupakan dambaan pasangan suami istri (pasutri), tapi hal ini tidak mudah dilakukan. "Mereka akan menghadapi pernak-pernik kehidupan, mulai dari perbedaan adat istiadat dan kebiasaan satu dengan lainnya," ujarnya.

Dalam menjalani rumah tangga, Boyke menyarankan pasutri bersikap saling menghormati, bertanggung jawab, mau berkorban, dan beradaptasi dengan kebiasaan atau adat istiadat masing-masing keluarga besar pasangan.

"Salah satu faktor pendukung menciptakan keharmonisan keluarga adalah dengan melakukan komunikasi yang baik dengan pasangannya. Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan terjalin dengan baik, masing-masing pasangan dapat saling berbagi rasa dan saling mengetahui isi hati satu sama lainnya," terangnya.
    
Menurut dia, komunikasi pasutri itu antara lain dalam hal kapan melakukan hubungan seksual atau bagaimana melakukannya, memilih alat kontrasepsi, dan lainnya.
 
Komunikasi yang baik, menurut dia, merupakan elemen terpenting dalam berhubungan intim.  "Kehidupan seksual yang sehat adalah sumber kebahagiaan dalam hidup berumah tangga, dan seks merupakan salah satu bagian hidup yang penting bagi manusia dalam berproduksi untuk memberikan generasi penerus," katanya.
   
Mengenai rahasia perkawinan yang sukses, katanya, di antaranya komunikasi yang baik, kecocokan sifat, cara pemecahan konflik, seks, sikap religius, cara memanfaatkan waktu luang, keuangan, serta anak dan sanak keluarga.